Penelitian
tentang Sistem Penyadapan dan Pengolahan Nira Lontar di Pulau Rote dan Pulau Lembata
(Suatu Kajian Lintas Budaya untuk Pelestarian Pohon Lontar), bertujuan untuk mengetahui ; a) tingkat hubungan penduduk Rote dan penduduk
Lembata terhadap pohon lontar, b) persamaan dan perbedaan sistem penyadapan dan
pengolahan nira lontar, c) faktor penyebab
perbedaan persepsi budaya penduduk terhadap pemanfaatan dan pelestarian pohon
lontar, d) perbandingan sistem penyadapan dan pengolahan nira lontar dan
kontribusinya pada pelestarian lingkungan, e) dapat dikelola/tidaknya nira
lontar menjadi gula air dan gula lempeng di pulau Lembata.
Metode penentuan
lokasi dilakukan dengan sengaja, penentuan responden secara sengaja dan
terbatas karena homogenitas responden. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara langsung terhadap responden yang berpedoman pada instrument
penelitian, pengamatan langsung di lokasi penelitian, diskusi dengan narasumber
yang kompoten dan kajian teoritis melalui kajian kepustakaan. Data yang
terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskritif kualitatif untuk menjawab
tujuan penelitian.
Hasil analisis
deskriptif kualitatif menunjukan bahwa ; a) tingkat
hubungan penduduk Rote terhadap lontar ‘sangat tinggi’ dibanding penduduk
Lembata yang berkriterium ‘rendah’, b) sistem penyadapan dan pengolahan nira
lontar di pulau Rote dan Lembata tampak sama secara teknis namun berbeda dari
sudut pandang budaya, c) perbedaan persepsi budaya penduduk Rote dan Lembata
terhadap pohon lontar mempengaruhi pola budaya, perilaku budaya dan identitas
budaya antar penduduk kedua pulau, d) Sistem penyadapan dan pengolahan nira
lontar di pulau Rote dan Lembata berkontribusi positif dan negatif terhadap
pelestarian pohon lontar dan lingkungan alam fisik serta lingkungan non fisik
disekitarnya, e) Pohon lontar di pulau Lembata secara teknis dapat menghasilkan
nira lontar segar manis dan dapat diolah lanjut menjadi gula air dan gula
lempeng jika sistem penyadapan dan pengolahan nira lontar di Lembata dilakukan
sebagaimana dilakukan di pulau Rote dengan menggunakan alat dan bahan yang
sejenis sesuai budaya setempat. Penyadap dan pengolah di Lembata dapat
melakukan kegiatan tersebut jika terjadi adopsi kebudayaan yang membutuhkan
proses yang sangat panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar