Jumat, 10 Juli 2015

REVITALISASI AKSEPTOR KB DI KABUPATEN MANGGARAI



ABSTRAK
Penelitian berjudul Revitalisasi Akseptor Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Manggarai ini didasarkan atas persoalan animo masyarakat di Kabupaten Manggarai yang rendah dalam mengikuti program Keluarga Berencana sementara lajur pertumbuhan penduduk di Kabupaten Manggarai termasuk urutan ketiga tertinggi di Provinsi NTT. Penelitian ini bertujuan untuk ; 1) mengetahui keberhasilan program KB di Kabupaten Manggarai,  2) mengetahui animo masyarakat di Kabupaten Manggarai menjadi akseptor KB,  3) mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan program KB di Kabupaten Manggarai, 4) mengindentifikasi dan menemukan adanya kearifan lokal yang mendukung program KB di Kabupaten Manggarai.
Penelitian ini akan mengkaji seputar pelaksanaan program KB dengan berbagai tingkat keberhasilannya serta mengetahui keberadaan kearifan lokal yang mendukung pelaksanaan program KB. Penelitian yang akan berlangsung selama tiga bulan akan dilaksanakan di Kabupaten Manggarai. Keseluruhan pendekatan dalam menjawab tujuan dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif merujuk pada berbagai persoalan dilapangan. Alat analisis yang digunakan adalah memberikan pembobotan dan penskoran terhadap berbagai variable, subvariabel dan indikator yang disediakan. Merujuk pada instrument penelitian yang disiapkan maka akan dilakukan penjajakan melalui wawancara dan observasi lapangan untuk mengetahui berbagai persoalan dilapangan.
Kesenjangan nilai pengharapan atas pelaksanaan program mencapai 32,6% karena minimnya motifasi partisipasi akseptor yang dibatasi budaya lokal. Faktor eksternal yaitu pendidikan formal dan informal, pengetahuan tentang KB serta kearifan lainnya yang tidak memungkinkan pelaksanaan KB berjalan baik sehingga angka harapan mengalami kesenjangan sebesar 37,3% bagi variabel predisposisi. Dukungan Pemerintah Kabupaten Manggarai melalui sistem koordinasi lintas sektoral menghasilkan nilai positif untuk variabel enebling yang mencapai angka harapan 81,77% menuju kondisi ideal. Ketimpangan sistem dan prosedur serta mekanisme pelayanan oleh petugas karena ketidaktransparanan pelaksnaaan program mengakibatkan akurasi nilai harapan variabel renforcing hanya mencapai 68,82% dari nilai ideal sehingga dibutuhkan sebuah kearifan lokal yang dapat mengakomodir kebutuhan budaya dalam keberhasilan program KB.

Kata Kunci : *) Akseptor, Kearifan Lokal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar