ISLAM RAHMATAN LILALAMIN
Drs. H. ABDULKADIR MAKARIM
disusun oleh : Hamza H. Wulakada
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin
...
Asholatu
wassalam ‘ala Rosulillah Muhammad SAW....
1.
PENGANTAR
Sejak penyebaran Islam yang paling awal
keluar dari Arab, Islam telah menjadi suatu agama dari berbagai suku, ras, dan
kelompok masyarakat. Islam merupakan suatu agama yang disebarkan, semua muslim
diperintahkan untuk membawa pesan ke-Ilahi-an kepada semua orang di muka bumi
ini dan untuk membuat kondisi dunia menjadi lebih baik, tempat yang baik secara
moral Qur’ani. Islam adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa
keselamatan dunia dan akhirat dan merupakan jalan satu-satunya yang harus
ditempuh. Islam memiliki ciri-ciri robbaniyah
yaitu bahwa Islam bersumber dari Allah, bukan hasil pemikiran manusia meskipun
dalam menjalankan ajaran Islam yang merujuk pada Qur'an dan Hadits Rosulullah
masih perlu disempurnakan dari sisi aplikasi kekinian dengan hasil ijtima’ para ‘ulama namun semua itu
harus sesuai dengan pedoman utama, Al Qur’an dan Hadits.
Islam merupakan satu kesatuan yang padu
yang terfokus pada ajaran tauhid, Allah berikan kepada manusia agama yang
sempurna. Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, tak satu aspek pun terlepas
dari Islam karena ajaran yang bersifat integral (lengkap) dan Islam tidak
terbatas dalam waktu tertentu tetapi berlaku untuk sepanjang masa dan di semua
tempat sehingga ajarannya menembus ruang dan waktu. Dalam Islam ditemui
kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami, sederhana dan mudah dipraktekkan yang
menjadi kemaslahatan umat manusia karena sumber ajaran Islam adalah Al-Quran,
Hadits, dan Ijtihad sehingga Islam menjadi agama rahmatan lil‟alamin.
2. SESUATU TENTANG ADDINUL ISLAM
Ada dua dimensi yang dapat kita gunakan
untuk memahami pengertian dinul Islam, yaitu dimensi kebahasan dan dimensi peristilahan.
Dimensi Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk
aslama yang berarti berserah diri
masuk dalam kedamai. [1]. Pengertian kata Islam dekat dengan arti kata agama
yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasan. [2]
Islam memiliki karakteristik yang khas dengan agama-agama sebelumnya. Dalam
memahami Islam dan ajarannya, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu
dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman yang komprehensi.
Hal ini penting dilakukan karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang dapat
mempengaruhi pola pikir, sikap dan perilaku dalam menghadapi berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan Islam.
Islam adalah agama universal,
komprehensif, lengkap dengan dimensi edoterik dan eksoteriknya. Sebagai agama
universal, Islam mengenal sistem perpaduan antara apa yang disebut
konstan-nonadaptabel (tsabuit) di
satu sisi watak Islam yang satu ini tidak mengenal perubahan apapun karena
berkaitan dengan persoalan-persoalan ritus agama yang transenden, nash yang berkaitan dengan watak
(konstan-nonadaptabel) ini dalam Al-Quran maupun hadits sekitar 10%, yang
berupa ajaran agama yang bersifat kulli
dan qoth’i yang konstan dan
immutable. Segmen ini meski diterima apa adanya tanpa harus adaptasi dengan
perubahan-perubahan di sekitarnya, segmen ini terkait dengan persoalan dasar
menyangkut sendi-sendi ajaran agama yang mempunyai nilai strategis, seperti
persoalan keimanan, sholat, zakat, puasa elastis-adaptabel di sisi lain. Segmen
ini lebih banyak, sekitar 90%, teks agama yang berupa aturan-aturan global yang
bersifat juz’i dan zhanni.
3.
ISLAM SEBAGAI AGAMA RAHMATAN LIL’ALAMIN
Islam adalah agama rahmatan lil’alamin
artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua
seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya
adalah kesimpulan dari firman Allah SWT dalam Q.S. Al Anbiyah, 2:
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
Islam melarang manusia berlaku
semena-mena terhadap makhluk Allah sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam HR.
al-Imam al-Hakim,
“Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang
lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya”.
Sungguh begitu indahnya Islam, dengan
hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika
manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, maka akan sungguh indah
dan damainya dunia ini. Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa ajaran Islam,
maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh
manusia. Rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba, rahmat dapat
diartikan dengan kasih sayang.
Beliau juga menyelamatkan manusia dari
kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di
dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya
berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang
sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi
seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini,
yaitu ditundanya hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa
azab berupa diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau
ditenggelamkan dengan air. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa Islam Rahmatan Lil Alamin adalah agama
yang memberikan rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam QS. Al-Anfal : 33,
“Dan Allah sekali-kali tidak akan
mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah
akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya
Allah tidak akan memberikan azab di dunia bagi umat Nabi Muhammad, melainkan
ditunggu hingga datangnya hari kiamat. Dan hal tersebut merupakan bentuk rahmat
di dunia bagi umat Muhammad SAW. Karena rahmat dalam konteks rahman adalah
bersifat ammah kulla syai’ meliputi
segala hal, sehingga orang-orang non-muslim pun mendapatkan ke-rahman-an di
dunia. Islam merupakan agama yang pluralis, karena Islam mengakui keberadaan
semua bangsa, mengakui seluruh lapisan masyarakat, dan Islam juga mengakui
semua agama dan dengan adanya kesadaran untuk menghargai pluralisme merupakan
bukti bahwa Islam membawa rahmat bagi seluruh alam.
Islam disebut agama yang rahmat dan
al'amin karena Islam hadir ke dunia membawa karunia yang amat berarti bagi
manusia bukan saja bagi kaum Muslim tapi seluruh ciptaan Allah SWT di jagad
raya termasuk non muslim. Baik muslim maupun non muslim kalau mereka melakukan
hal-hal yang diperlukan kerahmatan, maka mereka akan mendapatkan hasilnya. Kendati
mereka muslim tetapi mereka tidak melakukan ikhtiar kerahmatan, maka mereka
tidak akan mendapatkan hasilnya. Dengan kata lain, karunia rahmatan itu berlaku
hukum kompetitif. Misalnya orang Islam tidak melakukan kegiatan belajar maka
tidak bisa dan tidak akan menjadi pintar. Sementara orang yang melakukan
ikhtiar kerahmatan meski dia non muslim mereka akan mendapatkan pengetahuan.
4.
Islam Untuk Seluruh Manusia (Rahmatan
Lil’alamin)
Kata Islam punya dua makna.
Pertama, nash (teks) wahyu yang menjelaskan din (agama). Kedua, Islam merujuk
pada amal manusia, yaitu keimanan dan ketundukan manusia kepada nash (teks) wahyu
yang berisi ajaran din (agama) Allah. Berdasarkan makna pertama, Islam yang
dibawa satu rasul berbeda dengan Islam yang dibawa rasul lainnya, dalam hal
keluasan dan keuniversalannya. Islam yang dibawa Nabi Muhammad lebih luas lagi
daripada yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Apalagi nabi-nabi sebelumnya
diutus hanya untuk kaumnya sendiri. Nabi Muhammad diutus untuk seluruh umat
manusia. Oleh karena itu, Islam yang dibawanya lebih luas dan menyeluruh. Tak
heran jika Al-Quran bisa menjelaskan dan menunjukkan tentang segala sesuatu
kepada manusia.
Firman Allah : “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami
bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri
dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”(Q.
S. An-Nahl: 89).
Konsep tentang Rahmatan
Lil’alamin banyak orang yang salah
kaprah dalam menafsirkannya sehingga banyak kesalahan dalam memahami praktek
beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu akidah. Pernyataan bahwa islam
adalah agama yang rahmatan lil’alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman
Allah Ta‟ala, “Kami tidak mengutus engkau
(wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta”. Tugas
Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi sekalian alam, maka itu pulalah
risalah agama yang dibawanya. Tegasnya, risalah Islam ialah mendatangkan rahmat
buat seluruh alam. Lawan daripada rahmat ialah bencana dan malapetaka. Maka
jika dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang menggunakan kata peniadaan, kita
lau mendapat pengertian baru tapi lebih tegas bahwa islam itu “bukan bencana alam”. Dengan demikian
kehadiran Islam di alam ini bukan untuk bencana dan malapetaka, tetapi untuk
keselamatan, untuk kesejahteraan dan untuk kebahagiaan manusia lahir dan batin,
baik secara perseorangn maupun secara bersama-sama dalam masyarakat.
Islam itu ibarat Ratu Adil
yang menjadi tumpuan harapan manusia. Ia harus mengangkat manusia dari kehinaan
menjadi mulia, menunjuki manusia yang tersesat jalan. Membebaskan manusia dari
semua macam kezhaliman, melepaskan manusia dari rantai perbudakan, memerdekakan
manusia dari kemiskinan rohani dan materi, dan sebagainya. Tugas Islam
memberikan dunia hari depan yang cerah dan penuh harapan. Manusia akhirnya
merasakan nikmat dan bahagia karena Islam. Kebenaran risalah Islam sebagai
rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam adalah
dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya mempunyai
nisbat dan hubungan yang saling berkait. Maka Islam dapat kita lihat serempak
dalam tiga segi yaitu aqidah, syari‟ah dan nizam.
Dalam satu tinjuan, Islam
adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai daripada Islam itu sendiri secara
totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan kebenarannya
mutlak karena bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka segala yang
diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu yang haq;
“Dan
carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamtan bagi negri
akhirat, tapi janganlah engkau lupakan masalahmu di dunia. Dan ciptakanlah
kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah engkau
berbuat kerusuhan di bumi, karena sesungguhnya Allah tidak senang bagi
orang-orang yang berbuat rusuh”.
Yang menjadi tantangan
besar umat Islam masa kini adalah Islam belum lagi terwujud risalahnya, ia
belum lagi menjadi rahmat bagi manusia. Karenanya kita harus mengadakan koreksi
total terhadap cara-cara hidup kita, baik dalam bidang ‘ubudiyah maupun dalam bidang mu’amalah.
Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali. Tidak
pula boleh menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi sebagai lokomotip
yang menarik dan bertenaga besar. Islam tidak condong ke Barat dan tidak pula
miring ke Timur, tapi Islam tampil ke tengah-tengah mengajak seluruh benua, ras
dan bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah yang harus memimpin jalannya
sejarah menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia (hayatun thayyibatun) dalam rangka masyarakat yang sejahtera dan
bahagia di bawah naungan ampunan Allah (baldatun
thayyibatun wa rabbun ghofuur).
Betapa tinggi fungsi umat
Islam di tengah-tengah kancah kehidupan manusia Allah berfirman : “Kamu adalah umat yang paling baik, yang
ditempatkan ke tengah-tengah manusia, untuk memimpin kepada kebaikan, mencegah
kemungkaran, dan percaya penuh kepada Allah”.
5.
Pandangan Islam Atas Berbagai Ras Dan
Agama
Dalam agama Islam memandang
agama-agama lain dan berbagai ras pun mempunyai konsep yang baik. Islam sebagai
konstitusinya juga mewajibkan perdamaian antar manusia. Ia menyatakan mengapa
manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersukusuku tiada lain untuk memudahkan
saling berkenalan dan saling berdekatan antara sesama manusia, bukan menjadikan
jalan agar sebagian manusia itu lebih tinggi dari yang lainnya, dan agar
sebagian manusia itu dapat menjadikan dirinya tuhan. Orang mukmin mencintai
segenap manusia, karena mereka adalah saudaranya, sama-sama keturunan Adam dan
teman karibnya dalam mengabdikan diri kepada Allah. Antara dia dengan mereka
diikat oleh pertalian darah, tujuannya sama dan musuhnya pun sama. Allah SWT
menegaskan :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah
kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan dari
padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu
sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kalian.”
Aqidah Islam tidak
membenarkan perbedaan darah dan perbedaan suku, ras, bangsa dijadikan alasan
untuk saling berpecah-belah. Seorang muslim mempercayai, bahwa seluruh umat
manusia adalah keturunan Adam dan Adam diciptakan dari tanah. Perbedaan suku,
bangsa, dan warna kulit, adalah bagian dari tanda-tanda kekuasaan dan
kebijaksanaan Allah, dalam menciptakan dan mengatur makhluk-Nya, sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran :
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasa kalian dan warna
kulit kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
Bagaimana mungkin seorang
muslim akan merendahkan suatu bangsa dari bangsa-bangsa manusia, sedangkan
al-Quran mengajarkan supaya menghormati segenap makhluk, baik bangsa, binatang
ataupun burung.
“Dan tiadalah binatang-binatang yang
ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan
(umat-umat) juga seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam
al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun.”
Demikianlah pandangan orang
mukmin terhadap umat manusia. Tiada perasaan kebanggaan tentang nasab, tempat
kelahiran, tidak ada perasaan dengki antara kelompok satu dengan yang lain,
antara individu satu dengan yang lain. Yang ada hanyalah perasaan cinta kasih,
persamaan dan persaudaraan
Islam secara eksklusif bukan berarti
terorisme, tetapi eksklusif dalam pengertian akidah. Yaitu mempercayai dan
meyakini bahwa Islam agama yang benar. Dan itu harga mati di dalam akidah
setiap Muslim. Dan bukan berarti Terorisme. Nah, secara inklusifnya Islam
sendiri mewajibkan umatnya untuk bertoleran sesama manusia. Dan ini tidak bisa
diartikan dengan Pluralisme agama. Yusuf Qardhawi menyatakan bahwasanya “tujuan
Islam adalah membangun manusia yang shalih. Tidak mungkin Islam menyebarkan
benih-benih terorisme. dan bila “jihad” dalam pengertian Islam adalah menyeru
kepada agama yang benar, berusaha semaksimal mungkin baik dengan perkataan
ataupun perbuatan dalam berbagai lapangan kehidupan dimana agama yang benar ini
diperjuangkan dan dengannnya ia memperoleh kemenangan maka ia, tentunya lebih
luas ketimbang “perang” bahkan terorisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar